diaspora.id logo
Menu
Our
Partner:
Diaspora Pedia
Copyright @2024 diaspora.id
All right reserved

Berjuang Dan Berkarya Di Negeri Asing, Kisah Bernhart farras Di Tiongkok

oleh | Jumat, 08 November 2024 - 05:17 WIB

Beijing, TiongkokBernhart Farras Sukandar, atau yang akrab dipanggil Bern, merupakan seorang dosen, praktisi, dan inovator asal Indonesia dengan pengalaman profesional lebih dari 11 tahun di berbagai organisasi multinasional. Dia telah berkontribusi dalam berbagai konteks, mulai dari UMKM hingga institusi pemerintah. Sepanjang karir, Bernhart Farras telah menetapkan dirinya sebagai profesional yang dinamis yang menggabungkan pengetahuan teori dengan aplikasi praktis. Kontribusi Bern telah secara signifikan memajukan kariernya dan memberikan wawasan dan panduan yang berharga bagi industri.

Menjadi Akademisi Dan Pengusaha

Dengan latar belakang akademik dari universitas terkemuka di Amerika Serikat, Cina, Jerman, dan Indonesia, Bern telah mengajar ribuan mahasiswa dalam berbagai mata kuliah, dengan fokus pada komunikasi, bisnis, dan teknologi. Saat ini, Bern sedang mengejar gelar Master Administrasi Publik (MPA) di Universitas Tsinghua di Beijing, Cina, dengan beasiswa penuh. Dia juga memimpin HartLogic, sebuah platform kewirausahaan berkelanjutan, serta Pranala, sebuah Aplikasi Produktif Al.

Kontribusi Dan Kepemimpinan Yang Diakui

Bernhart Farras Sukandar telah diakui atas kepemimpinannya, inisiatif, dan diplomasi. Dia terpilih sebagai perwakilan pemuda ASEAN untuk menyampaikan Rekomendasi Kebijakan Pemuda pertama pada KTT ASEAN 2022. Selain itu, ia juga memimpin berbagai organisasi OISAA di luar negeri.

Target Ambisius & Prestasi Di Usia Muda

Bern memiliki target yang ditetapkan oleh orangtuanya sejak ia masih duduk di bangku SMP untuk lulus dengan gelar S3 pada usia maksimal 25 tahun. Dengan konsistensi dan dedikasi, Bern berhasil menyelesaikan program akselerasi di sekolah dan menamatkan pendidikan SMA di Indonesia dan Australia pada usia yang luar biasa, yaitu 16 tahun. Terus mengejar prestasi, Bern berhasil menyelesaikan gelar S1 dalam bidang IT dan Manajemen Proyek di Jerman dan Indonesia ketika usianya baru 20 tahun. Keberhasilannya menunjukkan komitmen dan kemampuan akademik yang luar biasa.

Baca Artikel Lainnya : Kisah Inspiratif Syafiq di Turki

Komitmen Pada Indonesia

Setelah lulus, Bern mencoba mendaftar beasiswa di Inggris melalui jalur non LPDP. Dia menolak menggunakan jalur LPDP karena tidak ingin dipaksa untuk kembali ke Indonesia, tetapi ingin kembali karena keinginannya sendiri. Namun sayangnya, Bern belum menerima beasiswa tersebut dan mempertimbangkan untuk melanjutkan bisnis dan bekerja saja, meskipun mendapatkan tawaran kerja di beberapa negara luar negeri setelah lulus. Meskipun demikian, Bern tetap berkomitmen untuk kembali ke Indonesia. Dia telah bekerja di Indonesia sejak 2016 hingga 2023.

Mencari Peluang Beasiswa Internasional Dengan Fokus Keluarga

Pada tahun 2022, Meskipun Finansial Sudah Stabil, Bern kembali mencari beasiswa untuk belajar di Amerika atau Inggris, tetapi dengan tanggungan keluarga dan cicilan rumah di Jakarta Selatan, pilihannya tidaklah mudah. Namun, keberuntungan datang saat ia terpilih sebagai perwakilan pemuda ASEAN di KTT ASEAN di Kamboja 2022. Bern mendapatkan informasi tentang beasiswa dengan cakupan keluarga penuh, termasuk program di Tsinghua University, Beijing, China. Meskipun ragu karena bahasa dan tantangan banyak hal, Bern memutuskan untuk mendaftar dan akhirnya ia berhasil terpilih.

Keterbatasan Bahasa Dan Komunikasi

Sampai di Tiongkok, Bern menyadari bahwa keterampilan berbahasa Inggrisnya tidak cukup untuk berkomunikasi dengan lancar, karena sebagian besar orang di sekitarnya tidak mengerti bahasa tersebut. Penggunaan aplikasi terjemahan dan peta Google yang diblokir menjadi tantangan tambahan dalam komunikasi dan navigasi sehari-hari.

Menyediakan Akomodasi Dan Makanan

Tidak semua hotel menerima turis internasional, menyebabkan Bern ditolak oleh banyak penginapan. Hal ini memaksa dia untuk mengemban koper dan mencari tempat tinggal yang sesuai. Selain itu, mencari makanan halal juga merupakan tantangan tersendiri, dengan Bern terpaksa membatasi diri pada menu sederhana seperti telur rebus dan nasi selama beberapa minggu sebelum menemukan restoran halal.

Ketekunan Dan Semangat Bern Dalam Menghadapi Tantangan

Dihadapkan pada berbagai keterbatasan di tengah lingkungan yang asing, Bern memilih untuk menghadapi tantangan dengan tekad dan keberanian. Meskipun terbatas dalam berkomunikasi dan beradaptasi, dia tetap gigih dalam berbicara secukupnya dan melakukan yang terbaik dalam setiap situasi. Semangatnya yang kuat didukung oleh doa dan keyakinan akan membantu mengatasi rintangan yang menghadang, menunjukkan ketekunan dan tekad yang luar biasa dalam mencapai tujuan di negara yang baru baginya.

Artikel Terkait

Μenapaki Jejak Di Tanah Britania, Kisah Rey Abraham di Inggris

Μenapaki Jejak Di Tanah Britania, Kisah Rey Abraham di Inggris

Manchester - Rey Abraham , Seorang mahasiswa S2 Global Development di University of Manchester, juga menjabat sebagai Ketua Umum PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Inggris. Rey Abraham Memiliki minat dalam edukasi dan pengembangan diri, sering menjadi narasumber...