Kelana Yudinta Akbar, mahasiswa asal Indonesia, berbagi kisah perjalanan kuliahnya di Turki. Sejak SMP, ia sudah bermimpi untuk berkuliah di luar negeri, terinspirasi oleh Jerome Polin yang sering menceritakan pengalamannya di Jepang. Awalnya, Kelana memilih Turki sebagai destinasi studi karena ketertarikannya pada sejarah Islam. Namun, ia diterima di jurusan Sosiologi di Sakarya University. Meskipun tidak sesuai dengan ekspektasi awal, Kelana merasa senang dengan pilihan tersebut.
Mengenal Sakarya University: Kota dengan Kekeluargaan yang Kuat
Sakarya University, meski bukan kampus terbesar atau paling terkenal di Turki, memiliki daya tarik tersendiri. Kota ini dikenal dengan kekeluargaan yang erat di antara warganya, terutama di kalangan mahasiswa Indonesia. Sakarya menjadi tempat utama di hati banyak mahasiswa Indonesia karena kebersamaan yang terjalin dalam berbagai kegiatan organisasi, yang menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan apresiatif.
Menghadapi Tantangan Bahasa dan Adaptasi Akademik
Sebagai mahasiswa asing, Kelana dan teman-temannya harus menjalani kursus bahasa Turki selama satu tahun karena sebagian besar perkuliahan menggunakan bahasa Turki. Meskipun bahasa ini dikenal sebagai salah satu yang tersulit di dunia, Kelana dan mahasiswa lain tetap semangat beradaptasi, meskipun harus menghadapi tantangan penggunaan bahasa akademik yang lebih kompleks di perkuliahan.
Peran PPI Sakarya dan PPI Dunia dalam Membangun Jaringan Internasional
Di Turki, mahasiswa Indonesia tergabung dalam organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). PPI Sakarya, bagian dari PPI Wilayah, berfungsi sebagai tempat belajar, berorganisasi, dan mengembangkan potensi akademik. PPI juga berperan dalam diplomasi Indonesia, baik dalam bidang akademik maupun budaya. Baru-baru ini, Kelana bergabung dengan PPI Dunia, organisasi mahasiswa Indonesia global, sebagai anggota Direktorat Biro Pers dan Media. Keikutsertaannya sejalan dengan hobinya menulis dan berbagi inspirasi kepada banyak orang.
Pesan Inspiratif Kelana untuk Generasi Muda
Kelana mengutip pepatah dari Mark Twain yang menginspirasi dirinya: “Ada dua hari penting bagi kita; satu, hari ketika kita lahir. Dua, hari di mana kita menemukan alasan kenapa kita lahir.”
kalimat ini menjadi peganganku sepenuhnya untuk aku menemukan alasan kenapa aku lahir. Melalui ragam perjuangan dan semangat untuk menebar kebaikan serta menjadi sebab senyuman orang sekitar, aku percaya, alasan itu akan hadir dengan sendirinya.
Tak ada peran yang kecil kecuali aktor yang kerdil. Setiap dari kita memiliki perannya masing-masing. Setiap dari kita punya mimpinya masing-masing. Biar ia menjulang. Biar ia terbang.